Dalil Al-Qur'an dan Hadits Kewajiban Berbakti Kepada Kedua Orang Tua - Wajib adalah sesuatu yang benar-benar harus dikerjakan. Apabila tidak maka yang bersangkutan akan menerima konsekuensinya. Misalnya, seorang pengendara motor wajib memakai helm ketika perjalanan. Jika tidak, maka ia akan menerima beberapa konsekuensi. Pertama, ia ditilang petugas lalu lintas. Kedua, jika sampai terjadi kecelakaan ia akan menderita lebih parah dibanding ketika memakai helm, atau bahkan berujung kematian.
Orang beriman wajib meyakini 6 rukun iman. Salah satunya yakni meyakini bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang disembah, tiada sekutu bagi-Nya. Namun, jika ia meyakini ada sesuatu yang melebihi kekuasaan Allah, berarti ia telah melanggar kewajiban sebagai seorang mukmin. Maka ia tidak lagi dianggap sebagai mukmin melainkan musyrik, yakni orang yang menyekutukan Allah SWT.
Begitu pula dalam rukun Islam. Sebagai orang Islam maka wajib melaksanakan 5 rukun Islam, yakni syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji bila mampu. Apabila ada orang mengaku muslim tetapi meninggalkan salah satu dari rukun Islam, atau bahkan dengan tegas ia menentang dan menolak rukun Islam. Berarti ia jelas melanggar kewajiban sebagai seorang muslim. Maka ia tidak lagi disebut sebagai muslim melainkan kafir, yakni orang yang menentang kebenaran Islam.
Musyrik dan Kafir yang menentang Allah, tentu akan mendapat ganjaran berupa siksaan api neraka yang amat sangat pedih. Beruntunglah bagi Mukmin dan Muslim yang senantiasa mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dalam ajaran Islam, berbakti kepada orang tua hukumnya adalah wajib. Kewajiban berbakti kepada orang tua hukumnya sejajar dengan kewajiban di dalam rukun Islam. Bahkan beberapa ulama berpendapat, bahwa derajat berbakti kepada orang tua sejajar dengan perintah menyembah Allah SWT. Ini artinya, konsekuensi durhaka kepada orang tua sama seperti musyrik dan kafir. Lalu apa dasarnya? Adakah dalil yang menjelaskan tentang perintah berbakti kepada orang tua? Mana dalil yang menerangkan bahwa derajat hukum berbakti pada orang tua sejajar dengan rukun Iman dan rukun Islam?
Dalil Naqli Tentang Kewajiban Berbakti Pada Kedua Orang Tua
Sebenarnya banyak dalil yang menerangkan tentang kewajiban berbakti kepada orang tua. Baik di dalam al-Qur'an maupun Hadits. Yang mana dengan adanya dalil tersebut menegaskan kepada kita bahwa tidak ada hal yang bisa mematahkan atau membantah berbakti pada ayah dan ibu itu tidak wajib.
Dalil Al-Qur'an Kewajiban Berbakti kepada Orang Tua
Berikut beberapa dalil Al-Qur'an tentang kewajiban berbakti kepada orang tua:
Q.S. Al-Isra' Ayat 23
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia", (Q.S. Al-Isra':23)
Perhatikan dalil di atas. Pada Q.S. Al-Isra' : 23 tersebut, Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk hanya menyembah kepada Tuhan yang Esa yaitu Allah SWT. Kemudian dilanjutkan memerintah kepada hamba-Nya untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Kedua perintah Allah tersebut saling berdampingan.
Menurut sebagian ulama ahli tafsir (mufasirin), mereka menafsirkan bahwa urgensi perintah menyembah Allah sejajar dengan perintah berbakti kepada orang tua. Ini artinya Allah tidak akan pernah menerima amalan ibadah kita apabila kita durhaka kepada ibu dan ayah kita.
Tidak berhenti sampai di situ. Allah juga melarang hamba-Nya supaya tidak mengeluarkan kalimat yang menyinggung orang tua, walaupun itu hanya kata "AH". Ulama ahli fiqih (fuqoha) mengqiyaskan atau menyamakan kata "AH" dengan perbuatan yang menyakiti hati maupun fisik orang tua. Jadi, berkata "AH" saja dilarang apalagi sampai membentak bahkan memukul.
Q.S. Al-Isra' ayat 23 di atas menegaskan betapa tingginya derajat kedua orang tua. Maka kita sebagai anak wajib berbakti kepada kedua orang tua sebagaimana kita selalu taat beribadah kepada Allah SWT. Jika tidak, maka konsekuensi yang harus diterima sama seperti melupakan Allah SWT.
Q.S. Ash-Shaffat Ayat 102
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (Q.S.Ash-Shaffat:102)
Ayat di atas mengisahkan dialog antara Nabi Ibrahim as dengan Nabi Ismail as. Ketika itu Nabi Ibrahim sebagai ayah dari anaknya yang bernama Nabi Ismail mendapat wahyu lewat mimpi. Isinya adalah perintah dari Allah untuk menyembelih anaknya, yakni Ismail as. Sungguh di luar dugaan, anak semata wayang yang selama ini beliau dambakan kelahirannya kini harus disembelih. Dengan berat hati beliau menceritakan kepada anaknya tentang wahyu tersebut. Dan luar biasa, Nabi Ismail sebagai anak yang berbakti, ia bersedia disembelih karena itu merupakan wahyu dari Allah. Nabi Ismail as mau mengorbankan nyawanya demi perintah orang tua dan perintah dari Allah SWT.
Dialog di dalam Q.S. Ash-Shaffat ayat 102 di atas merupakan sebuah pelajaran yang harus diteladani. Melalui ayat tersebut pula Allah SWT bermaksud menyampaikan pesan kepada seluruh umat manusia supaya berbakti kepada orang tua dan selalu taat kepada Tuhannya. Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk selalu mematuhi perintah orang tua selama perintah tersebut tidak menyimpang dari apa yang diperintahkan Allah (ajaran Islam).
Q.S. Luqman Ayat 14-15
(14). Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu (15). Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. Luqman:14-15)
Jelas disebutkan pada dalil Q.S. Luqman ayat 14 bahwa Allah memerintah manusia untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Di dalam ayat tersebut Allah menjelaskan betapa susah payahnya ibu memperjuangkan kehidupan anaknya. Mulai sejak dalam kandungan hingga mampu mengenal agama dan dunia. Ibu telah mengandung selama 9 bulan, menyusui anaknya selama 2 tahun, kemudian merawat serta mendidik anaknya. Di tegaskan di dalam ayat "keadaan lemah yang bertambah-tambah", derita di atas penderitaan, susah di atas kepayahan, dan pahit di atas kepahitan. Maka dari itu, kita sebagai anak tidak pantas durhaka kepada orang tua, terutama ibu. Karena merekalah yang memperjuangkan kita sehingga hidup bahagia seperti sekarang.
Pada Q.S. Luqman ayat 15 Allah juga menjelaskan. Kalau pun orang tua mengajak anaknya untuk mempersekutukan Allah, menyuruh berbuat hal yang bertentangan dengan Islam. Kita sebagai anak pun tidak boleh membenci apalagi memusuhi mereka. Sebagai anak, kita harus tetap berbuat baik kepada mereka, tetap menjaga hati dan perasaan mereka. Di dalam ayat ini, Allah telah mengingatkan betapa mulianya posisi dan peran kedua orang tua. Harus tetap berbuat baik walaupun berbeda agama.
Dalil Hadits Kewajiban Berbakti kepada Orang Tua
Dan berikut beberapa Hadits tentang kewajiban berbakti kepada orang tua:
Hadits Riwayat Imam Bukhari #5515
Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Sufyan] dan [Syu'bah] keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami [Habib] dia berkata. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Katsir] telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Habib] dari [Abu Al 'Abbas] dari [Abdullah bin 'Amru] dia berkata; seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Saya hendak ikut berjihad." Beliau lalu bersabda: "Apakah kamu masih memiliki kedua orang tua?" dia menjawab; "Ya, masih." Beliau bersabda: "Kepada keduanya lah kamu berjihad."
(Kitab Hadits Bukhari Bab Adab Nomor 5515 //hadits,net)
Hadits di atas menceritakan tentang seorang laki-laki yang ingin ikut jihad bersama Rasulullah SAW namun ia tidak mampu. Kemudian Rasulullah menegaskan kepadanya untuk berjihad pada kedua orang tua. Hadits tersebut menjelaskan bahwa berbakti kepada orang tua merupakan jihad di jalan Allah.
Jihad di zaman Rasulullah sangat jelas maknanya, yakni terjun ke medan pertempuran membela agama Islam memerangi orang kafir. Orang yang terbunuh dalam jihad di hukumi mati syahid dan surga adalah jaminannya. Namun bagi mereka yang tidak mampu, Rasulullah menegaskan bahwa berbakti kepada kedua orang tua merupakan jihad di jalan Allah.
Hadits Riwayat Imam Bukhari #5514
Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari ['Umarah bin Al Qa'qa' bin Syubrumah] dari [Abu Zur'ah] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu dia berkata; "Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "kemudian siapa lagi?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia menjawab: "Kemudian ayahmu." [Ibnu Syubrumah] dan [Yahya bin Ayyub] berkata; telah menceritakan kepada kami [Abu Zur'ah] hadits seperti di atas."
(Kitab Hadits Bukhari Bab Adab Nomor 5514 //hadits,net)
Di lain waktu ada juga seoranglelaki yang mendatangi Rasulullah kemudian bertanya kepada beliau tentang orang yang berhak kita muliakan. Lalu Rasulullah bersabda bahwa orang yang paling berhak dimuliakan yaitu "ibu", nama "ibu" disebut dalam hadits tersebut sampai 3 kali baru kemudian menyebut nama "ayah" 1 kali.
Hadits di atas menjelaskan bahwa orang yang paling berhak dimuliakan didunia ini adalah kedua orang tua, dan yang paling utama adalah ibu baru kemudian ayah. Tanpa mengesampingkan peran seorang ayah, hadits di atas menerangkan betapa mulia dan besarnya peran seorang ibu.
Demikian dalil tentang kewajiban berbakti kepada orang tua. Dengan beberapa dalil di atas, semoga kita lebih menyayangi, mencintai, menghormati, dan berbakti kepada kedua orang tua kita. Dan ingat, ridho Ilahi ada pada ridho kedua orang tua kita. Jangan harap hidup kita bisa tenang selama kedua orang tua kita tidak meridhoi apa yang menjadi pilihan dan tindakan kita.
Sebagaimana kisah Seorang Ahli Ibadah Yang Celaka Akibat Doa Ibu, silahkan baca selengkapnya. Di dalam kisah tersebut mengisyaratkan betapa ampuhnya doa orang tua. Seorang yang taat dan rajin beribadah saja bisa celaka karena murkanya orang tua. Apalagi orang biasa seperti kita yang senantiasa lalai, lupa, bahkan sengaja membentak orang tua. Sekian semoga bermanfaat.
7 komentar
ngak terbalaskan jasa orang tua itu ya mbak
Begitu tingginya derajat orang tua,sehingga banyak di sebutkan dalam Al Quran dan Hadist, semoga orang tua kita senantiasa selalu dlm lindungan Allah SWT...
sebagai anak kita memang harus berbakti kepada ibu khususnya ya mas
Tapi janpagan lupa berbakti kepada ayah juga.. hehe
Amin......
Dalil di atas semoga semakin memantapkan hati untuk selalu menyayangi dan menghormati orang tua.
Amiin Amiin Yaa Robbal 'alamiinnn...
Berbakti menjadi kewajiban anak kepada orangtua, semoga masih banyak anak yang selalu beebakti kepada orangtua..
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda (centang beri tahu saya untuk mendapat balasan komentar via email)
EmoticonEmoticon